Indonesia kini tengah menghadapi tantangan demografis baru: penuaan penduduk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 10,82% dari total populasi, dan angka ini diprediksi terus meningkat hingga mencapai 19,9% pada tahun 2045. Peningkatan ini tentu menjadi alarm bahwa perhatian terhadap kesehatan lansia harus menjadi prioritas nasional.
Sayangnya, dalam praktiknya, kesehatan lansia seringkali masih menjadi isu yang terpinggirkan. Padahal, di usia senja, berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, jantung, hingga osteoartritis mulai mendominasi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia mencapai 63,9%, dan diabetes sebesar 17,9%. Data ini menunjukkan bahwa mayoritas lansia menghadapi risiko penyakit kronis yang memerlukan penanganan jangka panjang.
Seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami berbagai perubahan fisiologis yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Lansia cenderung lebih rentan terhadap penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, hingga gangguan mobilitas. Oleh karena itu, kesehatan pada lansia bukan sekadar isu pribadi, melainkan tanggung jawab bersama antara individu, keluarga, dan negara.
Pertama, kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat perlu ditanamkan sejak dini dan terus dijaga hingga usia lanjut. Lansia yang tetap aktif secara fisik dan mental cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Aktivitas ringan seperti berjalan pagi, senam lansia, atau sekadar bercocok tanam bisa menjaga kebugaran dan memperlambat proses degeneratif.
Kedua, Tak kalah penting adalah peran keluarga sebagai support system utama. Di tengah gaya hidup urban dan mobilitas tinggi, tak sedikit lansia yang justru mengalami kesepian dan merasa tidak lagi dibutuhkan. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tapi juga mempercepat penurunan kondisi fisik mereka. Studi dari WHO menunjukkan bahwa isolasi sosial dan kesepian pada lansia meningkatkan risiko demensia sebesar 50%, penyakit jantung sebesar 29%, dan stroke sebesar 32%.
Ketiga, Kesehatan lansia tentu sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang dijalani selama masa produktif. Namun, saat memasuki usia senja, peran keluarga dan negara menjadi semakin penting. Sayangnya, banyak lansia di Indonesia yang hidup dalam keterbatasan akses layanan kesehatan. Meski pemerintah telah meluncurkan program seperti Posyandu Lansia dan layanan BPJS Kesehatan, pelaksanaannya belum merata, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Maka dari itu, perhatian dan interaksi yang hangat dari keluarga bukanlah sekadar bentuk kasih sayang, tapi juga bentuk nyata dari upaya preventif dalam menjaga kesehatan lansia. Memberikan waktu untuk mendengarkan, menemani ke fasilitas kesehatan, hingga mendorong mereka tetap aktif secara sosial adalah hal sederhana dengan dampak besar.
Namun, kenyataannya masih banyak lansia yang belum mendapat akses yang memadai terhadap layanan kesehatan preventif maupun kuratif. Pemerintah memang telah menyediakan program seperti Posyandu Lansia dan BPJS Kesehatan, tetapi pelaksanaannya sering kali tidak merata. Masih ada lansia yang tinggal di daerah terpencil tanpa fasilitas kesehatan yang memadai.
Di sisi lain, keluarga juga memegang peran vital. Sayangnya, dalam era modern ini, lansia kerap merasa tersisih karena anggota keluarga sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ini dapat berdampak pada kesehatan mental lansia, seperti merasa kesepian atau tidak berguna, yang pada akhirnya bisa memperburuk kondisi fisik mereka.
Oleh karena itu, kita perlu mengubah cara pandang terhadap lansia. Mereka bukan beban, melainkan sumber kebijaksanaan dan pengalaman hidup. Memberikan perhatian, menyediakan waktu untuk berinteraksi, dan memastikan kebutuhan kesehatan mereka terpenuhi adalah bentuk penghargaan yang paling mendasar.
Penanganan kesehatan lansia tidak bisa bersifat reaktif, tetapi harus proaktif. Edukasi kesehatan, pemeriksaan rutin, asupan gizi seimbang, serta dukungan sosial dan emosional harus menjadi bagian integral dari kehidupan lansia. Dengan begitu, kita bukan hanya memperpanjang usia harapan hidup, tetapi juga memastikan bahwa tahun-tahun terakhir kehidupan mereka dipenuhi dengan makna, kemandirian, dan kebahagiaan.
Leave a Comment