Di sebuah sudut kota kecil, Bu Suparmi, 67 tahun, memulai paginya dengan senyum. Di tangannya, secangkir teh hangat dan buku catatan kecil penuh ide. Dua tahun lalu, ketika pensiun dari pekerjaan kantornya, banyak yang mengira ia akan menghabiskan hari-harinya dengan duduk santai di beranda. Namun, Bu Suparmi punya rencana lain. Baginya, usia senja bukan akhir dari produktivitas, melainkan awal dari babak baru yang penuh makna.
Setiap pagi, Bu Suparmi merapikan kebun kecil di belakang rumahnya. Ia mulai berkebun setelah pensiun, mengubah halaman kosong menjadi lautan bunga dan sayuran segar. “Berkebun membuat saya merasa hidup,” katanya sambil memetik tomat merah yang matang. Hasil kebunnya kini tak hanya dinikmati keluarga, tetapi juga dibagikan kepada tetangga, menciptakan ikatan komunitas yang hangat. Siapa sangka, kegiatan sederhana ini membuatnya merasa bermanfaat dan penuh energi.
Tidak berhenti di situ, Bu Suparmi juga bergabung dengan kelompok seni di desanya. Ia belajar melukis, sesuatu yang tak pernah ia sentuh di masa muda. Awalnya, ia ragu, berpikir usianya sudah terlalu tua untuk memulai sesuatu yang baru. Namun, dengan dorongan teman-temannya, ia kini bangga melihat lukisannya dipamerkan di galeri lokal. “Usia bukan batasan untuk berkarya,” ujarnya dengan mata berbinar. Lukisannya, penuh warna dan cerita, menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa kreativitas tak mengenal umur.
Bu Suparmi juga aktif di dunia digital. Dengan bantuan cucunya, ia belajar menggunakan smartphone dan media sosial. Kini, ia rutin berbagi tips berkebun dan resep masakan tradisional di Instagram. Awalnya hanya iseng, tetapi akunnya kini diikuti ratusan orang, termasuk anak muda yang terinspirasi oleh semangatnya. “Teknologi itu seperti teman baru,” katanya sambil tertawa. “Awalnya susah, tapi kalau sudah paham, dunia terasa lebih luas.”
Di sela-sela kesibukannya, Bu Suparmi juga menjadi mentor bagi anak-anak di desanya. Ia mengajarkan mereka cara membuat kerajinan tangan dari bahan bekas, berbagi cerita hidup, dan menanamkan nilai kerja keras. “Saya ingin mereka tahu bahwa hidup itu tentang memberi, tak hanya menerima,” ujarnya. Bagi Bu Suparmi, berbagi pengalaman adalah cara untuk tetap relevan dan terhubung dengan generasi muda.
Kisah Bu Suparmi adalah cerminan bahwa usia senja bukanlah waktu untuk berhenti. Produktivitas di masa ini adalah tentang menemukan tujuan, mengejar passion, dan memberi dampak positif. Dari kebun kecil hingga kanvas penuh warna, dari media sosial hingga mentoring, Bu Suparmi menunjukkan bahwa usia hanyalah angka. Semangat untuk hidup produktif, seperti yang ia tunjukkan, adalah api yang tak pernah padam, menerangi dirinya dan orang-orang di sekitarnya.
Mari kita ambil inspirasi dari Bu Suparmi. Di usia senja, hidup masih penuh peluang untuk berkarya, belajar, dan menginspirasi. Karena produktivitas bukan soal umur, melainkan soal hati yang terus ingin berbagi dan tumbuh.
Leave a Comment